Teman Tapi Mesra

ilustrasi: www.wattpad.com
ilustrasi: http://www.wattpad.com

Kuliah via WhatsApp makin seru dan panas! Usulan tema dari peserta semakin beragam dan menantang. Tema Sabtu, 10 Oktober 2015 kemarin adalah Teman Tapi Mesra.

Yuk, simak materi berikut, juga sesi tanya jawabnya ya!

Berikut penyampaikan materi oleh Anna Farida:

Salam, Bapak Ibu.

Kulwap-6 akan kita isi dengan materi TTM alias Teman Tapi Mesra. Belakangan muncul istilah Sebastian—Sebatas Teman Tapi Perhatian #halah

Bu Elia dan saya membahas tema ini dalam beberapa bagian, karena TTM ini hadir dalam keseharian dalam bentuk yang berbagai macam. Saya nukilkan sebagian isi bukunya, ya.

Singkatnya, kata “mesra” dalam istilah TTM benar-benar ada dan dilakukan oleh pelakunya. Memang, kadar mesranya tidak seperti pasangan kekasih atau suami istri, tapi perhatian yang saling diberikan cenderung menjurus pada hal-hal pribadi.

Misalnya ada teman (lawan jenis) yang sedang sakit, kita bisa mengucapkan “Semoga cepat sembuh” kepadanya. Coba perhatikan SMS seperti ini, “Kalau dekat sih kumasakin bubur. Besok masuk kerja? Mau dibawain apa?” Lantas teman yang sakit itu membalas, “Iya, nih. Bubur buatanmu pasti enak. Besok masuk. Kalau ketemu kamu pasti sembuh.” Kadar kedekatan seperti ini jelas lebih dari teman, tapi yang bersangkutan tak hendak disebut pacaran. Kan keduanya sudah punya pasangan. Saat ada orang meledek kedekatan mereka, terdengarlah jawaban spontan “cuma teman, hanya sahabat”. Mereka beralasan bahwa kedekatan mereka terjadi semata-mata karena punya hobi sama, punya pandangan sama sehingga nyambung ketika ngobrol, atau sekadar iseng untuk membuat hidup lebih berwarna.

Innalillahi … Warna apa sih yang ingin dihasilkan dari TTM?

Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa bersahabat dengan lawan jenis itu seperti jatuh cinta sedikit. Anda pernah dengar? Masing-masing punya pasangan, apalagi keduanya sedang terlibat dalam urusan pekerjaan yang sama, sehingga orang lain tak curiga. Karenanya, kontrol jadi lemah. Bisa saja keduanya berdalih tidak berniat macam-macam atau tetap tahu batas, tapi yang namanya niat kadang tinggal niat. Yang terjadi berikutnya tak pernah bisa diprediksi. Dalam posisi ini, keduanya sedang mempertaruhkan pernikahan di atas hubungan yang salah.  Sebut saya kuno, tapi saya tidak percaya ada lelaki dan perempuan bisa bersahabat dekat tanpa jatuh cinta—setidaknya sedikit.

Mau curhat?

Mengapa harus curhat ke lawan jenis?

Ikatan emosional yang terbangun karena curhat pribadi antara sepasang manusia adalah pintu menuju ikatan yang lain. Menjauh dari TTM adalah seni menjaga pernikahan. Banyak orang yang jatuh cinta lagi setelah menikah, tak memandang rentang usia pernikahannya. Tak pilih-pilih juga apakah godaan itu terjadi pada pasutri yang bekerja di luar rumah atau tidak. Yang berpendidikan tinggi atau rendah, berpenghasilan melimpah atau pas-pasan. Jatuh cinta bisa terjadi pada orang baru, teman lama, atau mantan pacar. Virus ini tersedia gratis untuk publik. Setiap saat kita pun bisa mengalaminya, jadi tak perlu nyinyir ketika ada teman yang kena panah asmara TTM. Segera evaluasi diri, siapa tahu ternyata kita pun pelaku. Ketika istri atau suami lebih nyaman berlama-lama ngobrol dengan orang lain, atau diam-diam punya teman “diskusi” yang seru, kesehatan pernikahannya perlu diperiksa ulang. Cinta adalah energi yang tak pernah hilang. Jika tak terwadahi, dia akan bocor dan merembes ke tempat lain. Dan ketika hal ini terjadi, apa yang harus dilakukan? Ketika tanpa sadar (atau sadar!) kita punya TTM, bagaimana sebaiknya? Saran saya sederhana: Stop it right now! Hentikan saat ini juga!

Selingkuh

Sebenarnya, jika kita peka sedikit saja, selalu ada gejala yang terlihat atau terasa saat kita berada pada posisi TTM. Secara spesifik Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga pandangan—pandangan fisik dan pandangan batin. Ketika dalam hati sudah muncul rasa respek atau rasa kagum kepada seseorang, seharusnya kendali sudah kuat digenggam. Segera kedepankan nalar sebelum emosi mengambil alih. Ya, segera. Kita tak pernah tahu kapan fase selanjutnya akan berkembang seperti apa. Perlu dicatat, pasangan TTM ini secara naluriah akan menciptakan aturan-aturan rahasia di antara mereka.  Secara psikologis mereka akan lelah karena harus menjaga jarak agar tak jatuh cinta betulan, harus mengendalikan sikap agar tidak menjurus jadi affair sungguhan, tapi juga harus menjaga perasaan pasangan agar tidak terjadi konflik. Ternyata, walau bukan pasangan kekasih, TTM ini sarat emosi. Saat tak bisa mengendalikan perasaan, cemburu pun terjadi di antara mereka, bahkan cemburu pada pasangan sah masing-masing. Absurd, kan?  Karena itu, menjauhkan diri dari berdekatan dengan orang yang bukan mahram adalah tindakan jaga-jaga yang sangat mendasar. Awalnya hanya bahas pekerjaan, lama-lama bahas anak dan pasangan. Berikutnya saling mengeluhkan tabiat pasangan, saling memberi masukan, dan saling menyemangati. Akhirnya, witing tresna jalaran saka kulina—cinta bersemi karena terbiasa bersama. Artinya, berawal dari TTM, hubungan cinta yang sebenarnya bisa terjalin. Yang tadinya teman bisa menjadi WIL atau PIL—sudah lah. Tiga singkatan itu tidak ada bagus-bagusnya.

Acara kulwap gratis ini disponsori oleh Buku Marriage With Heart karya Anna Farida dan Elia Daryati.

ilustrasi: koleksi pribadi
ilustrasi: koleksi pribadi

Jika Anda ingin bergabung, silakan kirim pesan ke nomor WhatsApp 089650416212 (Suci Shofia)

One thought on “Teman Tapi Mesra

  1. Pingback: Teman Tapi Mesra | Anna Farida

Leave a comment