Kejahatan Seksual pada Anak

Jumat, 8 Oktober 2021

Sedih. Kasus artis Indonesia yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak, namun dia masih saja diberi panggung. Mirisnya ketika baru saja keluar dari penjara, dia disambut dengan kalung bunga. Ya, selalu ada pro kontra dalam sebuah peristiwa. Bagaimana kita menyikapinya? Cari referensi bacaan sebanyak-banyaknya, diskusi dengan banyak pihak, cerna baik-baik, komentari dengan kepala dingin.

Kuy, kita perdalam ilmu tentang membekali anak menghadapi tantangan zaman, niatkan untuk kebaikan diri dan sesama, hasilnya serahkan kepada Sang Pemilik Jiwa dan Raga.

Anna Farida:

Salam sehati, Bapak Ibu. Ini Kulwap ke 275, kita akan membahas tema pengasuhan, tentang mendampingi anak membahas pelecehan seksual.

Tadi pagi saya mengobrol singkat dengan Mahmud Admin Kesayangan. Tenyata saya kudet ada berita tentang bebasnya seorang artis yang dulu dihukum karena pedofilia.
Kita tidak akan bahas kasus dan petisinya, kita akan bahas bagaimana mulai membahas masalah ini dengan anak-anak.

Saya akan sarikan sebuah artikel dari https://childmind.org/ tentang hal-hal yang bisa kita lakukan.
Singkat saja, saya berharap kita bisa berdiskusi lebih banyak.

1. Biasakan membahas bagian-bagian tubuh dengan anak sedini mungkin, gunakan nama yang benar untuk bagian tubuh, ternasuk bagian tubuhnya yang pribadi.
2. Mulailah membahas bagaimana menjaga kebersihan bagian pribadi dan siapa saja yang boleh melihat atau menyentuhnya.
3. Sampaikan pada anak bahwa ada hal-hal yang sama sekali tidak boleh dirahasiakan. Banyak pelaku pelecehan seksual yang mengancam anak untuk merahasiakan peristiwa pecehan.
4. Ceritakan kepada anak bahwa ada orang-orang yang jahat yang senang memotret atau menyentuh bagian pribadi anak kecil. Apa pun alasannya, anak wajib melapor jika hal itu terjadi,
5. Jika anak melaporkan hal semacam itu, tahan diri. Tenang, semendidih apa pun amarah, tenang dulu. Anak akan cenderung takut bercerita lebih jauh atau bercerita lagi jika ternyata pengakuannya membuat ayah atau ibunya panik.
6. Ajarkan kepada anak untuk berkata TIDAK dan segera mencari cara untuk menjauh dari situasi itu—misalnya sedang ada acara yang ramai orang dan ada orang yang senggol-senggol.
7. Sampaikan kepada anak bahwa aturan tersebut berlaku bagi orang yang dikenal maupun tidak, termasuk kerabat atau teman yang dianggap baik.
8. Baluri anak dengan doa. Hanya pada Allah kita minta benteng perlindungan saat mata lahir kita tidak mengawasi mereka.
Dan saya jadi mulas.


Kulwap ini disponsori oleh buku “Parenting with Heart” dan “Marriage with Heart” karya Elia Daryati dan Anna Farida.
Sudah punya bukunya?
Sudah share ebook “Bincang Pengasuhan” dan “Bincang Pernikahan?
https://books.google.co.id/books/about/Bincang_Pengasuhan.html?id=lQBvDwAAQBAJ&redir_esc=y
https://books.google.co.id/books/about/Bincang_Pernikahan.html?id=jQBvDwAAQBAJ&redir_esc=y

Salam takzim,

Anna Farida
Everything seems impossible until it’s done (Nelson Mandela)

Leave a comment